728x90 AdSpace

Latest News

Tuesday, 5 April 2016

RAHASIA AGUNG DI BALIK POLIGAMI NABI MUHAMMAD SAW


Berdasarkan catatan sejarah, Nabi Muhammad SAW selama hidupnya memang memiliki istri 12 orang. Berdasarkan itu, maka sebagian kaum orientalis yang anti Islam “menuding” Nabi Muhammad SAW itu hiperseks dan budak nafsu syahwat. Padahal, kalau mau jujur, di balik poligami tersebut ada rahasia yang agung. Sayang, mereka kaum orientalis yang anti islam enggan menyingkap rahasia agung itu. Oleh karena itu, tulisan ini sengaja saya buat untuk mengcounter sekaligus menjawab tuduhan keji para kaum orientaslis kepada Rasulullah SAW. Mudah-mudahan tulisan ini menambah pengetahuan dan wawacasan kita tentang Indahnya Akhak Rasulullah sehingga meningkatkan kecintaan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Sebenarnya, Nabi Muhammad SAW itu “penganut monogami”. Buktinya, ketika poligami (beristri lebih dari satu) begitu mentradisi dan menjadi kebanggaan di kalangan masyarakat arab pada waktu itu, Nabi Muhammad SAW hanya punya istri satu saja. Dialah “Siti Khadijah”, wanita yang telah memberikan enam anak (dua laki dan empat wanita) selama 25 tahun membina rumah tangga dengan Nabi Muhammad SAW.
Selama hidup bersama Siti Khadijah, Nabi Muhammad SAW tak pernah sekalipun main perempuan. Malahan, setelah istri tercintanya itu wafat tiga tahun menjelang “hijrah” (perpindahan) umat muslim dari Mekah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW sempat menduda selama empat tahun.
Menuding bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai budak seks dan syahwat, merupakan fitnah yang sangat keji dari kaum orientalis anti Islam lantaran cemburu atas kesuksesan Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat dalam berbagai sektor. Maka, untuk melampiaskan kecemburuan itu, sebagian orientalis dan tokoh agama tertentu, sengaja menodai kesucian Nabi Muhammad SAW dengan melontarkan tuduhan-tuduhan keji tersebut.
Untuk diketahui, kondisi masyarakat Arab Jahiliyah waktu itu – sebelum kedatangan Islam – sangat memberikan peluang untuk mengumbar nafsu. Ketika itu, hubungan seks di luar nikah sudah memasyarakat dan menjadi sebuah tradisi yang wajar. Bahkan, seorang pria yang menikahi puluhan wanita pun, justru jadi simbol ketinggian status sosial. Sungguh, wanita Arab masa itu tak punya nilai sama sekali. Seakan kaum hawa diciptakan hanya untuk pemuas syahwat kaum pria semata.
Nabi Muhammad SAW yang ketika itu masih muda belia – sekitar 20 tahun – merasa khawatir dan prihatin melihat perilaku kaum pria di tengah masyarakatnya. Beliau mencoba menjauhkan diri dari perilaku yang tidak manusiawi itu. Akhirnya, Beliau mengasingkan diri ke Gua Hira di Jabal Nur (Gunung Nur). Beliau merenungi kebejatan moral masyarakatnya. Kemudian Beliau mencoba mencari kebenaran dan petunjuk dalam kesepian itu.
Padahal, kalau Nabi Muhammad SAW itu seorang budak nafsu, tentu Beliau akan menghabiskan masa mudanya dengan menggauli puluhan, bahkan ratusan wanita cantik. Toh, ketika usianya 20 tahun saja, nama Beliau sudah sangat populer di tengah masyarakat Arab sehingga diberi gelar Al-Amin (Terpercaya). Kebaikan akhlaknya sudah jadi buah bibir ditengah masyarakat dan kegantengan rupanya pun tak kalah dengan pemuda-pemuda sebayanya. Lagi pula, Nabi Muhammad SAW adalah seorang keturunan “Darah Biru” yang kakek-buyutnya adalah orang terpandang dan disegani di kalangan masyakarat Arab waktu itu, kakek-buyutnya adalah pemimpin Bani Hasyim dan salah satu tokoh terpandang yang disegani dan dihormati suku Quraisy. Selain itu, kakek adalah orang yang dipercaya menjaga Ka’bah.
Tapi, ditengah gejolak darah mudanya itu, Nabi Muhammad SAW justru jadi penggugat tradisi poligami pelampias nafsu dan tradisi pelacuran atau seks diluar nikah. Ini menunjukan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang bersih dari perbudakan hawa nafsu. Tak pernah ada catatan secuil pun yang mengatakan, Nabi Muhammad SAW pernah melampiaskan nafsu biologisnya di luar nikah.
Nabi Muhammad SAW baru menyentuh kulit lembut wanita ketika Beliau menikahi Siti Khadijah. Pernikahan ini pun bukan atas dorongan nafsu seksual..!!! Bukti sejarah menunjukan, bahwa Nabi Muhammad SAW menikah pada usia 25 tahun, sementara Siti Khadijah yang berstatus janda ketika itu berusia 40 tahun. Kalau saja, Nabi Muhammad SAW adalah budak nafsu, jelas ditengah usianya yang masih muda itu, justru akan menikahi seorang, bahkan beberapa gadis cantik yang masih perawan dan energik. Tapi ternyata tidak..!!!
RASULULLAH SAW SEBENARNYA PENGANUT MONOGAMI..!!!
Patut dicatat, sejak menikah pada usia 25 tahun sampai ditinggal wafat istrinya pada usia 50 tahun, Nabi Muhammad SAW cuma punya satu istri saja. Itulah Siti Khadijah. Padahal, kalau Beliau seorang budak nafsu, jelas ditengah kerentaan istrinya Siti Khadijah yang telah berumur 65 tahun itu, Beliau akan menikahi wanita lain agar nafsu biologisnya bisa tersalurkan sepuas-puasnya. Tapi ternyata tidak…!!!!
Bahkan, empat tahun sepeninggal Siti Khadijah pun, Nabi Muhammad SAW masih bertahan sebagai duda. Beliau lebih memusatkan perhatiannya pada pengembangan dakwah Islam. Tak terlintas sedikitpun untuk cepat-cepat punya istri baru lagi..!!!
Baru ketika usia Beliau 55 tahun, keinginan atau hasrat untuk menikah lagi muncul. Hasrat ini dilatarbelakangi karena keadaan umat Islam yang amat sangat menyedihkan dan memprihatinkan terutama bagi kaum wanita dan anak-anak kecil. Masa itu, kaum kafir Quraisy dan Yahudi tengah meningkatkan permusuhan dan kebenciannya terhadap umat Islam, sehingga penindasan-penindasan biadab yang dilancarkan musuh-musuh Islam tak bisa lagi dibiarkan, kecuali dilawan dengan kekuatan fisik. Singkat cerita, setelah turunnya wahyu dari Allah SWT, akhirnya terbukalah perang.
Di tengah peperangan ini, tak sedikit tentara Islam yang gugur sebagai syahid di medan pertempuran. Dampaknya jelas, banyak istri sahabat Nabi yang menjanda dengan memikul beban berat karena harus menghidupi anak-anak mereka yang tiada berayah lagi.
Dalam keadaan perang, tak mungkin sempat membangun panti asuhan anak-anak yatim. Apalagi masa itu, lingkungan persaudaraan umat Islam masih kecil sekali. Dan kondisi ekonomi umat Islam saat itu juga benar-benar sangat memprihatinkan. Sementara tentara musuh terus memburu tawanan wanita Islam untuk melampiaskan hawa nafsu mereka.
Kenyataan pahit itu, mendorong Nabi Muhammad SAW untuk membuka pintu poligami. Para sahabat Nabi yang dinilai “mampu” dimintanya untuk menikahi janda-janda korban perang sampai empat. Syaratnya, para sahabat itu harus mampu berbuat adil, baik terhadap istri-istrinya, maupun anak-anak yatim yang dalam perawatannya. Kalau tidak bisa berbuat adil, cukup beristri satu saja. Syarat yang dikemukakan Nabi ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat : (3).
Nabi sebagai penganjur poligami dalam keadaan darurat waktu itu, juga menikahi para janda sahabatnya, sehingga para janda itu selamat dari perlakuan semena-mena tentara musuh Islam. Anak-anak para janda yang berstatus yatim itu pun, terpelihara dan terjaga dengan baik.
Dari catatan sejarah, setelah Siti Khadijah Wafat, Nabi Muhammad SAW menikahi 11 wanita, tiga diantaranya adalah wanita budak atau tawanan perang (Siti Juwariyah, Siti Shafiyah, dan Maria Al-Qibtiyah), delapan lainnya adalah wanita merdeka yaitu (Siti Saudah, Siti Aisyah, Siti Hafsah, Siti Zainab Ummul Masakin, Ummi Salamah, Siti Zainab Putri Umaimah, Ummi Habibah dan Siti Maimunah). Dari delapan wanita merdeka itu, hanya seorang wanita yang berstatus gadis. Itulah Siti Aisyah, sedangkan yang lainnya berstatus janda.
MEMULIAKAN DERAJAT WANITA
Masyarakat Arab waktu itu memandang wanita-wanita tawanan perang atau wanita-wanita yang dihadiahkan majikannya kepada pihak lain, adalah budak. Wanita hanya dianggap sebagai alat pemuas nafsu birahi. Ditengah masyarakat pun, wanita tak punya kedudukan apa-apa.
Pandangan dan perlakuan negatif seperti ini kemudian dihapus oleh Nabi Muhammad SAW. Dua wanita tawanan perang Islam, (Siti Juwairiyah, dan Siti Shafiyah) Beliau merdekakan, kemudian Beliau nikahi. Maria Al-Qibtiyah yang dihadiahkan Muqauqis Raja Romawi di Mesir kepada Nabi Muhammad SAW juga dimerdekakan dan dinikahi. Dengan begitu, ketiga wanita ini menempati derajat tertinggi di tengah masyarakat Islam karena telah menjadi istri Nabi.
Menyimak pernikahan Nabi dengan tiga wanita tersebut, jelas bukan lantaran dorongan nafsu syahwat, melainkan untuk menghargai dan mengangkat derajat kaum hawa, sehingga terbebas dari perbudakan nafsu pria. Nilai tambah dari pernikahan Nabi Muhammad dengan para janda ini ditandai dengan makin berkembangnya ajaran Islam dan makin terkuburnya permusuhan antar suku.
Dengan menikahi Siti Juwairiyah, putri pemimpin Kabilah Yahudi Bani Mustaliq, Nabi Muhammad SAW berhasil mengislamkan ratusan orang dari Bani Mustaliq itu. Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Siti Shafiyah, putri kepala kabilah yahudi Bani Nadlir, juga menuntaskan permusuhan antara kaum muslimin dengan Yahudi Madinah. Dan, pernikahan Nabi dengan Siti Saudah pun, berhasil mendamaikan permusuhan antara Bani Abdi Syam dengan Bani Hasyim.
Hebatnya lagi, pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Siti Maimunah, menarik dua tokoh Quraisy ternama untuk memeluk Islam secara sukarela yaitu Ibnu Abas dan Khalid bin Walid. Sementara, pernikahan Nabi dengan Siti Aisyah dan Siti Hafsah membawa pengaruh besar terhadap keutuhan ajaran Islam. Siti Aisyah yang berotak cerdas, berwawasan luas serta memiliki daya ingat yang luar biasa, tercatat sebagai narasumber lahirnya Hadist-hadist setelah Nabi wafat. Dan Siti Hafsah yang rajin mengumpulkan teks Al-Qur’an yang ditulis para sahabat ternama di pelepah kertas, daun kurma, batu dll. Teks-teks Al-Qur’an tersebut kemudian dihimpun menjadi satu. Akhirnya, lahirlah Kitab Suci Al-Qur’an seperti yang kita kenal sekarang..
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat. Yang benar datangnya dari Allah SWT Tuhan Yang Maha Tunggal, Yang Tiada Beranak dan Tiada Diperanakan. Sedangkan yang salah datangnya dari saya pribadi. Salawat dan Salam semoga selalu Allah SWT curahkan kepada Junjungan Kita, Suritauladan kita, penutup para Nabi, Nabi Besar Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita semua kelak dipertemukan Baginda Nabi di surga-Nya..Aamiin Allahumma Amiin.
Wasalamua’alikum warahmatullahi wabakarakatuh…
sumber: https://firmansyahbetawi.wordpress.com/2013/01/31/rahasia-agung-di-balik-poligami-nabi-muhammad-saw/
RAHASIA AGUNG DI BALIK POLIGAMI NABI MUHAMMAD SAW
  • Title : RAHASIA AGUNG DI BALIK POLIGAMI NABI MUHAMMAD SAW
  • Posted by :
  • Date : 16:59
  • Labels :
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Top